Endang-Djoko Kuliah Lagi di Usia 40

Written By admin on Tuesday, December 27, 2011 | 12:14 AM

TIAP kali menangani pelanggan di Menur Ladies Salon yang dikelolanya, Endang Kustrini hampir selalu menjadi sasaran curhat (curahan hati). Itu awalnya. Akhirnya, lulusan Akademi Perbankan Perbanas pada 1973 tersebut memutuskan kuliah lagi dan mengambil jurusan psikologi. Alasan Endang sederhana, ingin komentar dan nasihatnya bisa dipertanggungjawabkan. Dia ingin menjadi "tempat sampah" yang kompeten.



"Kalau sudah punya ilmunya, memberi nasihatnya kan tidak asal," kata wanita 59 tahun yang mengelola Menur Ladies Salon sejak 1985 hingga 2005 tersebut. Saat memutuskan kembali ke bangku kuliah, usia Endang tidak muda lagi, sudah kepala empat. Meski begitu, dia tidak merasa terlambat. Menurut dia, sekolah tak memandang usia.

Semangat belajar Endang itu akhirnya malah menular kepada sang suami, Djoko Sunarjo. Awalnya, Djoko hanya mengantarkan sang istri mendaftar ke salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Tapi, Djoko akhirnya ikut mendaftar. "Akhirnya, kami sama-sama kuliah psikologi," tutur mantan kepala Balai POM Surabaya tersebut.

Di angkatannya, Endang dan Djoko tercatat sebagai mahasiswa tertua. Maklum, teman seangkatan mereka rata-rata baru berusia belasan. Meski begitu, mereka tidak minder. Bahkan, mereka tercatat sebagai mahasiswa paling rajin. Endang dan Djoko nyaris tidak pernah bolos kuliah. "Bahkan, kalau ada tugas bikin paper kelompok, kami yang kerap kebagian bikin," ujar Djoko, 62.

Meski masuk kuliah saat usia tidak lagi muda, Endang dan Djoko tetap mengikuti seluruh kegiatan kuliah sebagaimana mahasiswa pada umumnya. Termasuk, kewajiban mengikuti kuliah kerja nyata (KKN), yang ketika itu diadakan di Pasuruan.

Selama sebulan saat KKN, Endang dan Djoko tiap hari melakukan perjalanan Surabaya-Pasuruan-Surabaya. Cara itu terpaksa ditempuh karena Djoko dan Endang tetap harus bekerja. "Kami baru bisa ke lokasi KKN sore sepulang kerja. Malamnya, kami pulang kembali ke Surabaya," kata Djoko yang mengaku tak punya cukup waktu istirahat selama KKN.

Karena ketekunannya itu, mereka bisa menuntaskan pendidikan dalam waktu 3,5 tahun. Begitu lulus, aktivis sosial tersebut sering diundang menjadi pembicara tentang kepribadian di berbagai tempat. Mereka juga sering menerima tawaran mengajar pengembangan kepribadian di sejumlah pendidikan tinggi.

Kegiatan konseling juga jalan terus sampai sekarang. Sebab, banyak sahabat yang masih menjadikan Endang sebagai tempat curhat. Dengan statusnya sekarang, Endang bahkan dituntut selalu siap melayani jika sewaktu-waktu ada permintaan curhat. "Konsekuensi psikolog," ucapnya sambil tersenyum.

Karena banyaknya permintaan menjadi pengajar dan pembicara seminar, Endang punya ide mendirikan sebuah lembaga di bidang pemberdayaan dan pengembangan potensi sumber daya manusia (SDM). Maka, berdirilah Smart Plus pada 2000. Endang menduduki posisi direktur sekaligus pengajar. "Namun, saya tidak mengajar setiap hari," katanya.

Smart Plus sering melayani permintaan perusahaan dan instansi pemerintah. Beberapa waktu lalu, misalnya, Endang diundang untuk memberikan materi kepada para pejabat di Kabupaten Jembrana, Bali. Aktivitas Endang di luar kota pun kian padat, terutama di Bandung dan Manado. Meski begitu, menurut Endang, bisnis tersebut tidak murni komersial. Dalam beberapa hal, Endang tak segan memberikan konseling gratis. "Apalagi kepada teman." (ign/soe)

Tentang Endang-Djoko

Nama

Endang Kustrini SPsi

Tempat, tanggal lahir

Blitar, 28 Agustus 1950

Nama

Drs Djoko Sunarjo Apt Spsi MM

Tempat tanggal lahir

Blitar, 12 November 1947

Anak

Radix Gunarta Wicaksana

Radix Taufan Imantara

Dina Foliana

Seputar Endang-Djoko

Sama-sama mengambil S-1 psikologi di usia kepala empat.

Selama kuliah, mereka nyaris tidak pernah bolos.

Endang dan Djoko harus mengerjakan tugas kuliah secara bergantian. Sebab, mereka hanya punya satu komputer di rumah.

Saat KKN, tiap hari Endang dan Djoko harus melakukan perjalanan Surabaya-Pasuruan-Surabaya. Sebab mereka tidak bisa meninggalkan kesibukan masing-masing.

0 comments:

Post a Comment