George Soros

Written By admin on Saturday, December 24, 2011 | 10:13 PM

Eyang Kakung George Soros Ternyata Seorang Pemikir Kuantum

Kemampuan Eyang Soros untuk memprediksi pecahnya economic bubbles merupakan modal utama untuk mengeruk kekayaan. Ia akan melakukan investasi di wilayah yang ekonominya sedang berkembang. Ketika perkembangan itu sudah mulai tidak wajar alias anomali, maka ia segera menarik dana investasinya sebelum perkembangan ekonomi tersebut pecah.

Sehingga wajar jika Soros sering dituduh sebagai penyebab krisis. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa Eyang Soros mengetahui akan adanya krisis dan ia telah melakukan antisipasi sebelumnya. Jadi, meskipun Eyang George Soros tidak melakukan apa-apa, tetap saja krisis itu terjadi karena emang ‘sudah takdirnya’.

Pemerintah yang lamban mengidentifikasi dan mencegah krisis, akan menutupi kelemahannya dengan cara menuding Eyang George Soros sebagai penyebab krisis. Tapi karena Eyang George Soros orang kaya raya, maka masyarakat tidak perlu memberikan belas kasihan atas fitnah dari pemerintahan yang lamban tersebut. Bahkan dampak psikologis krisis membuat masyarakat ikut-ikutan menuding Eyang George Soros.

Eyang Soros sering pula dikaitkan dengan kelompok-kelompok elit seperti Freemason ataupun Illuminati yang mengatur peradaban dunia. Aku sendiri tidak tahu apakah kelompok elit itu ada atau tidak. Tetapi, dalam pandanganku, Eyang Soros tidak mengatur peradaban dunia. Dia hanya memahami siklus peradaban dunia sehingga dia bisa melakukan antisipasi dengan lebih cepat dan tepat, sehingga dia selalu berada di barisan terdepan dalam perubahan peradaban dunia.

Mungkin pembaca tidak akan percaya dengan pengakuan anak laki-laki Eyang George Soros bahwa ayahnya mengambil keputusan penting menyangkut perubahan posisi pasar disebabkan oleh rasa nyeri dipunggungnya. Jika Eyang George Soros sudah pergi ke tempat spa untuk mengurangi rasa nyeri punggung, itu adalah tanda peringatan awal bahwa ia akan melakukan perubahan posisi pasar. Sulit dipercaya bukan? Tapi kalau pembaca memahami penjelasan quantum dari “kepak sayap kupu-kupu di Amazon dapat mempengaruhi tornado di Texas”, maka hal tersebut akan mudah dipercaya.

Aku meyakini bahwa dunia ini tidak diatur oleh segelintir orang, melainkan tetap diatur oleh Tuhan. Siapa saja yang memohon petunjuk-Nya, akan dianugerahi ilham untuk memahami peradaban dunia, karena Tuhan tidak akan pelit terhadap mahluk ciptaannya.

Jadi, daripada capek-capek menghujat Eyang Kakung George Soros, maukah kita belajar dari dia? Bukankah terbuka kemungkinan bahwa kita bisa memiliki kemampuan melebihi George Soros?

Sisi Lain George Soros
Pengakuan anak laki-laki George Soros yang menceritakan bahwa ayahnya mengalami nyeri punggung sebelum melakukan perubahan posisi pasar, menunjukkan ia juga menggunakan kesadarannya dalam melakukan pertimbangan bisnis. Sama seperti yang dilakukan dengan Einstein ketika ia melakukan penelitian terhadap cahaya, dimana Einstein tidak perlu membuat pesawat yang bisa berjalan dengan kecepatan cahaya, ia cukup menggunakan kesadarannya.

Dengan kemampuan itu, George Soros dapat membaca perilaku (behavior) sistem ekonomi. Ia bisa meramalkan kapan perekonomian di suatu daerah menjadi bubble kemudian pecah. Ia akan mengubah posisi market sebelum bubble itu pecah. Setelah bubble pecah, masyarakat pun panik kemudian menuduh George Soros sebagai biang kerok. Padahal, kepanikan itu bukan dari keputusan George Soros tapi dari pecahnya bubble ekonomi akibat aktivitas ekonomi masyarakat sendiri.

Aku yakin bahwa George Soros lebih senang dengan perekonomian yang terus berkembang, dimana ia tidak usah susah-susah mengubah posisi market dan terus mendapatkan keuntungan dari investasinya. Tapi apa hendak dikata, ia tak bisa mengendalikan kerakusan kapitalis dan politisi seluruh dunia yang mengarah pada economic bubbles. Jadi jangan heran kalo selama menjadi penasehat Obama, George Soros sangat mendukung penguatan demokrasi dengan memakmurkan rakyat jelata agar suara rakyat tidak bisa dibeli oleh politisi rakus yang memainkan money politics.

Memang, tindakan George Soros menyelamatkan asset-assetnya sendiri sebelum economic bubbles pecah adalah tindakan egois yang mengarah pada tuduhan sebagai setan kapitalis. Tapi jika kita melihat bahwa George Soros kembali berinvestasi di Indonesia, maka hal menunjukkan bahwa ia melihat perekonomian Indonesia akan berkembang.

Tinggal bagemana kita menjernihkan pikiran dan hati seraya memanjatkan doa, untuk bisa belajar dati George Soros untuk bisa memahami perkembangan ekonomi yang akan di alami Indonesia sekaligus menjaga perkembangan tersebut dari bubble. Belajar kepada George Soros bukanlah untuk meniru dirinya, melainkan untuk memiliki kemampuan yang melebihi dirinya!

0 comments:

Post a Comment