Ilmuwan Achmad Mochtar Rela Mati Demi Selamatkan Stafnya

Written By admin on Monday, December 19, 2011 | 11:04 PM

Ilmuwan Indonesia Achmad Mochtar dipenggal tentara pendudukan Jepang demi menyelamatkan bawahannya dengan menjadi kambing hitam kasus racun vaksin tetanus.

Hal tersebut terungkap dari penelitian seorang akademisi Inggris Kevin Baird dari Oxford University Clinical Research United. Berdasarkan penelitian Baird, ditemukan bahwa Achmad Mochtar tidak hanya menjadi martir untuk negara dan profesinya. Ternyata, Achmad Mochtar juga menyelamatkan nyawa seluruh staf yang bekerja di bawahnya.

Baird- Direktur Oxford University Clinical Research Unite di Jakarta- selama berbulan-bulan menyelidiki pemenggalan Achmad Mochtar yang dilakukan tentara pendudukan Jepang pada 1945.

Saat itu, Achmad Mochtar memimpin Eijkman Institute di Jakarta. Lembaga penelitian medis tersebut dituding meracuni ratusan buruh paksa asal Indonesia yang bekerja untuk Jepang.

Padahal, kematian buruh paksa tersebut merupakan hasil dari eksperimen medis yang dilakukan otoritas militer Jepang. Dari hasil penelitian Baird, ternyata eksperimen itu keliru.

Para buruh paksa diberikan vaksin tetanus yang diujicoba. Vaksin tersebut dibuat para dokter Jepang. Para buruh paksa menjadi kelinci percobaan militer Jepang sebelum vaksin itu diberikan kepada tentara Jepang. Akan tetapi, ternyata vaksin tersebut gagal. Akibatnya, sekitar 900 buruh paksa Indonesia tewas.

Untuk menutupi kasus tersebut, Jepang mengkambinghitamkan Achmad Mochtar dan staf di Eijkman yang kebetulan tengah meneliti vaksin serupa. Achmad Mochtar beserta staf pun ditangkap pada Oktober 1944. Mereka dipukuli, dibakar, dan disetrum. Salah satu dari mereka tewas.

Tentara Jepang akhirnya melepaskan staf lembaga Eijkman kecuali Achmad Mochtar. Achmad Mochtar dipenggal dan tubuhnya dilindas mesin giling. Setelah tewas, jasad Achmad Mochtar dimakamkan di kuburan massal.

Menurut kesimpulan penelitian Baird, Achmad Mochtar bersedia menjadi kambing hitam kasus racun tersebut asalkan seluruh staf dan rekannya dibebaskan.

“Achmad Mochtar bukan hanya seorang pahlawan Indonesia, tetapi juga pahlawan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,” ujar Baird kepada Observer. “Ia rela meninggalkan semuanya, termasuk seorang istri di rumahnya. Ia mengorbankan jiwanya untuk stafnya, rekan sejawat, serta teman-temannya.”

Kesimpulan penelitian Baird disokong para ilmuwan yang menyelidiki kematian Achmad Mochtar bersama Baird. “Ia meninggal sebagai martir dengan melindungi bawahannya,” ujar Sjamshidajat Ronokusumo dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Butuh 65 tahun untuk membongkar misteri kematian Achmad Mochtar. Baird mendengar cerita eksekusi Achmad Mochtar dari seorang pelajar. Bersama ahli biologi Sangkot Marzuki, Baird lalu mewawancarai para keluarga korban.

0 comments:

Post a Comment